Indonesia salah satu negara yang memiliki potensi terumbu karang banyak dan beragam. Sebesar 14 persen dari terumbu karang dunia ada di Indonesia. Diperkirakan lebih dari 2.500 jenis ikan dan 500 jenis karang hidup di dalamnya, tetapi belum banyak dipahami betul nilainya bagi bangsa Indonesia.
Terumbu karang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia yang memiliki struktur alami serta mempunyai nilai estetika yang tiada taranya. Selain sebagai lingkungan yang alami, terumbu karang juga mempunyai banyak manfaat bagi manusia dalam berbagai aspek ekonomi, sosial dan budaya.
Sayang, ternyata banyak terumbu karang yang rusak. Menurut data dari Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang di Indonesia atau Coral Reef Rehabilitation Management Program Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (COREMAP LIPI), hanya 6,83 persen dari 85.707 km2 terumbu karang yang ada di Indonesia berpredikat sangat baik (excellent). Terumbu karang yang sangat baik itu tersebar di 556 lokasi.
Kerusakan terumbu karang yang semakin parah dan sulit dihindari itu antara lain karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang makna dan fungsi terumbu karang. Selain itu karena kemiskinan masyarakat sekitar pantai sehingga mereka menjual terumbu karang. Penyebab lain adalah ketamakan dari sebagian orang dalam eksploitasi terumbu karang dengan tidak mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Juga, kebijakan dan strategi pengelolaan yang tidak jelas serta kelemahan kerangka perundang-undangan dan penegakan hukum bagi perusak terumbu karang.
Kebanyakan terumbu karang rusak oleh penggunaan bahan peledak dan obat-obatan untuk mencari ikan, peningkatan laju sedimentasi akibat erosi, pengambilan karang untuk bahan bangunan.
Aktivitas pariwisata yang tinggi tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan juga dapat menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan terumbu karang. Terumbu karang diinjak atau dicongkel hanya karena untuk mengambil biota tertentu.
Percepatan pertumbuhan terumbu karang tidak bisa mengimbangi laju kerusakan yang terjadi. Pertumbuhan karang batu ini relatif lama. Jenis yang mempunyai pertumbuhan lambat, yaitu antara 0,5-2,5 cm per tahun. Sedangkan laju pertumbuhan ini sangat bergantung dari bentuk koloni kondisi lingkungan di mana karang batu itu hidup.
Upaya Pelestarian
Berkaitan dengan kondisi tadi Pusat Pengelolaan Terumbu Karang atau Coral Reef Information and Training Center (CRITC) COREMAP-LIPI menyelenggarakan Pelatihan Penulisan Popular dan Diseminasi Informasi di Jakarta beberapa waktu lalu. Acara ini diikuti perwakilan Staff CRITC dari beberapa daerah yang berlokasi di Batam, Natuna, Kepulauan Riau, Mentawai, Tapteng dan Nias.
Sebagai pusat informasi, CRITC mempunyai peran penting bagi pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan pengelolaan terumbu karang di daerah dan juga untuk diketahui oleh masyarakat luas. Karena tanpa kesadaran masyarakat tentang dampak yang timbul bila terumbu karang itu rusak, sangat sulit untuk mengajak masyarakat untuk ikut serta di dalam mengelola terumbu karang di daerahnya.
CRITC menghadapi tantangan untuk melebarkan dan menyebarkan akses informasi kepada khalayak (stakeholder) yang berkepentingan terhadap pemanfaatan sumber daya laut dan terumbu karang secara berkelanjutan.
Karena itu jajaran staf CRITC daerah harus meningkatkan kapasitas diri untuk mampu menggubah berbagai data, informasi, laporan, temuan ilmiah serta informasi terkini dalam berbagai bentuk, berbagai media untuk berbagai jenis kalangan, termasuk menggubahnya menjadi karya tulis populer.
Informasi dapat disebar dalam bentuk produk-produk inovatif seperti leaflet, poster, brosur, permainan, CD ROM dan lain-lain. Tentunya dengan biaya yang seefisien mungkin.
Sedangkan karya tulis popular merupakan bentuk transformasi laporan ilmiah yang melalui serangkaian proses menjadi hasil tulisan populer yang ramah pembaca sehingga mudah dimengerti dan dipahami oleh berbagai kalangan yang berbeda.
“Kegiatan pelatihan menulis ini bertujuan untuk mengampanyekan terumbu karang kepada masyarakat luas melalui peran staf CRITC daerah serta wartawan lokal agar berperan aktif dalam upaya melestarikan terumbu karang Indonesia pada umumnya dan khususnya di daerah mereka masing-masing. Dan membuka peluang bagi staf daerah untuk membuat tulisan popular yang dapat diregistrasi di Perpustakaan Nasional,” tutur Siti Sulha, staf CRITC COREMAP-LIPI Bidang Pelatihan.
Pada hari kedua peserta mengikuti dasar-dasar pemrosesan data dan informasi serta metodologi dan pendekatan dalam menggubah data menjadi informasi yang sesuai dengan berbagai karakter stakeholders. Mendapatkan wawasan strategis dari praktisi komunikasi profesional mengenai tips dan langkah menggubah data dan informasi menjadi berbagai media alternatif sehingga dapat membangun dan memperkuat kapasitas dalam merancang diseminasi yang menarik, informatif, inovatif, serta cost efficient.
Sebelum terlambat hendaknya kita berupaya untuk memelihara dan melestarikan terumbu karang.
* Sumber : http://jinanar.blogdetik.com/ *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar