Studi geomorfologi mencakup studi historis yang mendeduksikan ciri-ciri bentangalam (landscape) yang dikaitkan dengan bukti-bukti peristiwa/historis, seperti (tektonik, perubahan muka laut dan iklim). Sedangkan studi fungsional menyangkut mengenai proses dan perilaku material bumi yang oleh ahli geomorfologi diamati perkembangan bentuklahannya.
Geomorfologi selalu mempertimbangkan proses dan material, karena keduanya penting dalam diterminasi morfologi suatu daerah.
Sistem survei dan pemetaan geomorfologi maupun klasifikasinya menganut sitem ITC (International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences), yang didasarkan atas survei Analitik, Sintetik dan Pragmatik. Survei analitik (mono disiplin) yan ditekankan pada morfometri, morfografi morfogenesa dan morfokronologi. Survei sintetik (multi disiplin) merupakan hasil kerja sama dari berbagai keahlian, sedangkan survei pragmatik disesuaikan dengan tujuan survei.
Sitem klasifikasi geomorfologi dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
- Provinsi geomorfologi, dalam skala = 1:250.000, dengan unsur utama yang digeneralisasi diantaranya adalah genesa dan batuan.
- Unit geomorfologi utama, dalam skala =1:250.000, dengan unsur utama agak digeneralisasikan diantaranya relief, batuan dan genesa.
- Unit geomorfologi, dalam skala =1:50.000, dengan unsur utama agak rincidari relief, batuan dan genesanya.
- Geomorfologi rinci, dalam skala =1:10.000, dengan unsur dari relief secara rinci didasarkan atas keseragaman bentuklahan batuan, tanah/soil, vegetasi dan proses.
Secara umum, bentangalam Indonesia terbagai atas 7 unit bentukan asal (origin) yaitu: denudasi, struktur, gunungapi, laut, sungai, pelarutan, angin Bentukan asal denudasi/denudation (D) adalah bentangalam yang dibentuk oleh proses geomorfologi, jika proses tersebut bekerja terus dalam jangka waktu yang panjang, mampu meratakan seluruh permukaan bumi yang kasar ini. Dua buah proses yang berkaitan dengan proses geomorfologi adalah proses degradasi sebagai contoh disentegrasi batuan (pelapukan), material pelapukan di permukaan bumi dipindahkan oleh berbagai proses erosi dan gerakan massa/ mass wasting. Sedangkan proses agradasi adalah suatu bentuk aneka ragam proses sedimentasi yang mampu membentuk daratan berkaitan dengan proses degradasi.
Fenomena alam longsoran merupakan proses denudasi (D) yang telah dan sedang berjalan. Anak panah menunjukkan arah longsoran Lokasi Desa Kertasari, Sekaran Semarang selatan
Fenomena alam bentuklahan struktural berupa tektonik teras(T1-6) lembah Ngarai Sianok di desa Belakangbalok-Bukittinggi-Sumatera Barat. Merupakan unit geomorfologi hasil kegiatan struktur (S)
Fenomena alam kerucut Gunungapi Merapi dengan sebongkah sumbat lava di deatremanya, merupakan proses naiknya magma ke permukaan ,
Pasir pantai dan pematang pantai (beach ridges) Siderejo-Kecamatan Batang (Pantura) Jawa Tengah merupakan bentuklahan hasil kegiatan air laut (M)
Bentukan asal pelarutan/karst (K) adalah bentangalam yang dibangun oleh hasil proses pelarutan yang terjadi pada batugamping dikenal dengan “karstâ€. Morfologi karst dapat berupa bentuklahan pelarutan yang negatip (dolina, uvala, lembah karst dsb), sedangkan bentuklahan karst yang positip diantaranya kerucut karst, menara karst. Terutama pada menara karst dipisahkan dengan kerucut karst semata-mata karena bentuk didingnya agak tegak sampai tegak dan dipisahkan antara satu dengan lainya oleh dataran berawa atau dataran aluvial yang luas.
Kerucut Karst merupakan salah satu fenomena alam dari hasil pelarutan (K) di daerah pebukitan gamping, lokasi: Kandangan Kalimantan Selatan-bagian timur.
Gumuk pasir yang terjadi di pantai Parangtritis merupakan salah satu fenomena alam bentukan angin (A)
* sumber : http://atlasnasional.bakosurtanal.go.id/ani/fisik_lingkungan/geomorfologi_detail.php?id=2&judul=umum *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar