Minggu, 03 April 2011

Geomorfologi Umum


Geomorfologi didifinisikan sebagai salah satu cabang ilmu kebumian yang mempelajari dan menggambarkan bentuklahan (landform), berikut perkembangan serta proses yang melibatkannya dalam susunan ruang dan waktu.
Studi geomorfologi mencakup studi historis yang mendeduksikan ciri-ciri bentangalam (landscape) yang dikaitkan dengan bukti-bukti peristiwa/historis, seperti (tektonik, perubahan muka laut dan iklim). Sedangkan studi fungsional menyangkut mengenai proses dan perilaku material bumi yang oleh ahli geomorfologi diamati perkembangan bentuklahannya.

Geomorfologi selalu mempertimbangkan proses dan material, karena keduanya penting dalam diterminasi morfologi suatu daerah.

Sistem survei dan pemetaan geomorfologi maupun klasifikasinya menganut sitem ITC (International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences), yang didasarkan atas survei Analitik, Sintetik dan Pragmatik. Survei analitik (mono disiplin) yan ditekankan pada morfometri, morfografi morfogenesa dan morfokronologi. Survei sintetik (multi disiplin) merupakan hasil kerja sama dari berbagai keahlian, sedangkan survei pragmatik disesuaikan dengan tujuan survei.

Sitem klasifikasi geomorfologi dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
  • Provinsi geomorfologi, dalam skala = 1:250.000, dengan unsur utama yang digeneralisasi diantaranya adalah genesa dan batuan.
  • Unit geomorfologi utama, dalam skala =1:250.000, dengan unsur utama agak digeneralisasikan diantaranya relief, batuan dan genesa.
  • Unit geomorfologi, dalam skala =1:50.000, dengan unsur utama agak rincidari relief, batuan dan genesanya.
  • Geomorfologi rinci, dalam skala =1:10.000, dengan unsur dari relief secara rinci didasarkan atas keseragaman bentuklahan batuan, tanah/soil, vegetasi dan proses.
Mengacu sistem klasifikasi di atas, dasar penyusunan peta geomorfologi Indonesia (tentatif) bersekala 1: 10.000.000 menggunakan klasifikasi urutan I yaitu provinsi geomorfologi. Peta geomorfologi disusun berdasarkan hasil interpretasi inderaan jauh dan pengamatan lapangan yang disajikan dalam bentuk gambar melalui proses kartografi.

Secara umum, bentangalam Indonesia terbagai atas 7 unit bentukan asal (origin) yaitu: denudasi, struktur, gunungapi, laut, sungai, pelarutan, angin Bentukan asal denudasi/denudation (D) adalah bentangalam yang dibentuk oleh proses geomorfologi, jika proses tersebut bekerja terus dalam jangka waktu yang panjang, mampu meratakan seluruh permukaan bumi yang kasar ini. Dua buah proses yang berkaitan dengan proses geomorfologi adalah proses degradasi sebagai contoh disentegrasi batuan (pelapukan), material pelapukan di permukaan bumi dipindahkan oleh berbagai proses erosi dan gerakan massa/ mass wasting. Sedangkan proses agradasi adalah suatu bentuk aneka ragam proses sedimentasi yang mampu membentuk daratan berkaitan dengan proses degradasi.



Fenomena alam longsoran merupakan proses denudasi (D) yang telah dan sedang berjalan. Anak panah menunjukkan arah longsoran Lokasi Desa Kertasari, Sekaran Semarang selatan

Bentukan asal struktur/structure (S) adalah bentangalam yang dibentuk oleh kegiatan tektonik, dalam skala yang lebih rinci akan memberikan kenampakan morfologi struktur, antara lain: pematang pebukitan sesar (horst) , lembah sesar (graben), telaga sesar (sagpond), gawir sesar (fault scarp), plateau , pebukitan siklin/antiklin, lembah siklin/antiklin , pebukitan homoklin, dsb.



Fenomena alam bentuklahan struktural berupa tektonik teras(T1-6) lembah Ngarai Sianok di desa Belakangbalok-Bukittinggi-Sumatera Barat. Merupakan unit geomorfologi hasil kegiatan struktur (S)

Bentukan asal gunungapi/volcanic (V) adalah bentangalam yang dibentuk oleh hasil kegiatan gunungapi (tubuh gunungapi, leleran lava dan lahar, dataran piroklastika halus, kawah gunungapi dsb).



Fenomena alam kerucut Gunungapi Merapi dengan sebongkah sumbat lava di deatremanya, merupakan proses naiknya magma ke permukaan ,

Bentukan asal laut/marine (M) adalah bentangalam yang dibangun oleh hasil kegiatan laut (dataran pantai, pematang pantai, undak pantai, lagun, kipas delta dsb)



Pasir pantai dan pematang pantai (beach ridges) Siderejo-Kecamatan Batang (Pantura) Jawa Tengah merupakan bentuklahan hasil kegiatan air laut (M)

Bentukan asal sungai/fluvial (F) adalah bentangalam yang dibangun oleh hasil kegiatan sungai (dataran limpah banjir, pematang sungai, undak sungai dsb)

Bentukan asal pelarutan/karst (K) adalah bentangalam yang dibangun oleh hasil proses pelarutan yang terjadi pada batugamping dikenal dengan “karst”. Morfologi karst dapat berupa bentuklahan pelarutan yang negatip (dolina, uvala, lembah karst dsb), sedangkan bentuklahan karst yang positip diantaranya kerucut karst, menara karst. Terutama pada menara karst dipisahkan dengan kerucut karst semata-mata karena bentuk didingnya agak tegak sampai tegak dan dipisahkan antara satu dengan lainya oleh dataran berawa atau dataran aluvial yang luas.



Kerucut Karst merupakan salah satu fenomena alam dari hasil pelarutan (K) di daerah pebukitan gamping, lokasi: Kandangan Kalimantan Selatan-bagian timur.

Bentukan asal angin/aeolian (A) adalah bentangalam yang dibangun oleh kegiatan angin. Di Indonesia morfologi semacam ini sangat jarang dijumpai, hanya dapat dijumpai pada daerah pantai (Parangtritis) dan beberapa tempat lain dengan luasan yang sangat sempit.




Gumuk pasir yang terjadi di pantai Parangtritis merupakan salah satu fenomena alam bentukan angin (A)
 
 
* sumber : http://atlasnasional.bakosurtanal.go.id/ani/fisik_lingkungan/geomorfologi_detail.php?id=2&judul=umum *   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar